Ketika mengomentari hadits ini, Abu Ubaid al-Harawi mengatakan; makna hadits ini ialah Allah SWT menguji iman orang yang dikasihi-Nya dengan berbagai musibah, agar yang bersangkutan memperoleh pahala.
Dalam hadits lain, Nabi SAW mengatakan:
“Perumpamaan oaring Mukmin seperti tanaman, tidak berhenti-henti angina meniupnya dan orang Mukmin senantiasa menerima cobaan. Sedangka perumpamaan orang munafik seperti pohon yang kuat tidak pernah digoyangkan angina sampai ia ditebang.” (al-Hadits)Jadi, orang-orang yang dikasihi Allah SWT ternyata diberi-Nya ujian berupa musibah. Nabi Zakaria as misalnya, digergaji sampai tewas. Nabi Yahya as, putera kandungnya disembelih hidup-hidup sampai tewas. Nabi Yunus as dilemparkan ke tengah lautan luas tanpa pelampung dan alat, yang dapat dimanfaatkan untuk menyelamatkan diri dari ganasnya ombak laut.
Tentang musibah yang menimpa Nabi-nabi ini, Mush’ab ibnu Sa’d pernah bertanya kepada Nabi Muhammad SAW seperti berikut:
“Ya Rasulullah, manusia mana yang paling berat menanggungkan bala’ (ujian iman)?”. Jawab Nabi: “Para Nabi, kemudian yang seumpamanya. Kalau seseorang ringan (lemah) dalam din (agama)nya, maka ia diberikan cobaan sesuai dengan kadar din-nya. Dan kalau agama seseorang kuat, maka kadar ujian iman yang Allah berlakukan terhadap dirinya berat. Senantiasa seorang hamba menerima bala’, sehingga dosanya hapus…” (H.R. al-Bukhari)Di sisi lain, Allah SWT memberika ujian iman kepada hamba-Nya untuk mengetes/menguji siapa yang sudi berjihad, siapa yang baik, siapa yang sabar, siapa pula yang tidak. Allah SWT berfirman:
“Apakah kamu mengira bahwa kamu akan masuk surge, padahal belum nyata bagi Allah orang-orang yang berjihad di antara kamu, dan belum nyata orang-orang yang sabar.” (Q.S. Ali Imron [3]: 142)Perumpamaan orang Mukmin adalah seperti tanaman, tidak berhenti angina meniupnya dan orang mukmin senantiasa menerima cobaan. Sedangkan perumpamaan orang Munafik adalah seperti pohon yang kuat, tetapi tidak pernah digoyang oleh angina sampai ia ditebang.
“Allah sekali-kali tidak akan membiarkan orang-orang yang beriman dalam keadaan kamu sekarang ini, sehingga Dia menyisihkan yang buruk (Munafik) dari yang baik (Mukmin)…” (Q.S. al-Baqoroh [2]: 179).Dan jangan sampai dilupakan, musibah atau kesusahan yang menimpa orang Mukmin akan menyebabkan terhapusnya dosa-dosa kecilnya. Dasarnya antara lain hadits dari Aisyah ra memberitakan, bahwa Rasulullah SAW bersabda:
“Musibah berupa apa saja yang menimpa orang Muslim akan menyebabkan Alah menghapuskan dosanya, walaupun (musibah itu) hanya berupa duri yang menusuknya.” (Shahih al-Bukhari).Apapun bentuk ujian iamn, terutama kesusahan, tidak ada sikap lain kecuali sabar. Terhadap orang-orang yang sedang ditimpa musibah atau kesusahan, Allah SWT bersepan:
“…Dan berikanlah berita genbira kepada orang-orang yang sabar. (Yaitu) orang-orang yang apabila ditimpa musibah, mereka berkata: “Sesungguhnya kami milik Allah dan sesungguhnya kami akan kembali kepada-Nya…” (Q.S. al-Baqoroh [2]: 155-156).Memang sabar ketika menerima musibah bukan mudah. Namun itulah bukti dan manifestasi iman, yang berarti harus diterapkan. Dan biasanya tidak ringan dan tentu tidak enak. Sebab kalau rinagn, bukan ujian iman namanya.
Di dalam Musnad Ahamd dikatakan: “Ketahuilah!, dalam sikap sabar terhadap apa yang tak disukai (seperti penyakit), terhadap hikmah yang besar. Dan sesungguhnya pertolongan (dari Allah) bersama kesabaran, sedang kelapangan bersama kesukaran, dan kesulitan bersama kemudahan.” (Musnad Ahmad : 2666)Mudah-mudahan Allah memberi kita kekuatan dan ketabahan ketika Allah menguji iman kita, baik baik berupa kesusahan maupun kesenangan. Semoga kesabaran kita membuahkan hasil, berupa rahmat dari Allah, baik di dunia maupun di akhirat kelak. Amin
Tidak ada komentar:
Posting Komentar