Terkadang orang Mukmin yang shalih dituduh tidak disayangi Allah 
hanya karena dirinya selalu ditimpa musibah beruntun, hidupnya tidak 
sejahtera, selalu diterpa kesulitan hidup dan semacamnya. Musibah kalau 
menimpa orang yang tak beriman, memang merupakan ‘azab’, karena Allah 
SWT benci dan murka kepadanya, Tetapi kalau yang tertimpa musibah itu 
adalah orang-orang yang beriman, berarti Allah SWT menyayanginya. Ini 
kita ketahui dari sabda Nabi yang mengatakan: “Siapa yang disayangi 
Allah, diberi-Nya musibah.”
Ketika mengomentari hadits ini, Abu Ubaid al-Harawi mengatakan; makna
 hadits ini ialah Allah SWT menguji iman orang yang  dikasihi-Nya dengan
 berbagai musibah, agar yang bersangkutan memperoleh pahala.
Dalam hadits lain, Nabi SAW mengatakan:
“Perumpamaan oaring Mukmin seperti tanaman, tidak 
berhenti-henti angina meniupnya dan orang Mukmin senantiasa menerima 
cobaan. Sedangka perumpamaan orang munafik seperti pohon yang kuat tidak
 pernah digoyangkan angina sampai ia ditebang.” (al-Hadits)
Jadi, orang-orang yang dikasihi Allah SWT ternyata diberi-Nya ujian 
berupa musibah. Nabi Zakaria as misalnya, digergaji sampai tewas. Nabi 
Yahya as, putera kandungnya disembelih hidup-hidup sampai tewas. Nabi 
Yunus as dilemparkan ke tengah lautan luas tanpa pelampung dan alat, 
yang dapat dimanfaatkan untuk menyelamatkan diri dari ganasnya ombak 
laut.
Tentang musibah yang menimpa Nabi-nabi ini, Mush’ab ibnu Sa’d pernah bertanya kepada Nabi Muhammad SAW seperti berikut:
“Ya Rasulullah, manusia mana yang paling berat 
menanggungkan bala’ (ujian iman)?”. Jawab Nabi: “Para Nabi, kemudian 
yang seumpamanya. Kalau seseorang ringan (lemah) dalam din (agama)nya, 
maka ia diberikan cobaan sesuai dengan kadar din-nya. Dan kalau agama 
seseorang kuat, maka kadar ujian iman yang Allah berlakukan terhadap 
dirinya berat. Senantiasa seorang hamba menerima bala’, sehingga dosanya
 hapus…” (H.R. al-Bukhari)
Di sisi lain, Allah SWT memberika ujian iman kepada hamba-Nya untuk 
mengetes/menguji siapa yang sudi berjihad, siapa yang baik, siapa yang 
sabar, siapa pula yang tidak. Allah SWT berfirman:
“Apakah kamu mengira bahwa kamu akan masuk surge, padahal
 belum nyata bagi Allah orang-orang yang berjihad di antara kamu, dan 
belum nyata orang-orang yang sabar.” (Q.S. Ali Imron [3]: 142)
Perumpamaan orang Mukmin adalah seperti tanaman, tidak berhenti 
angina meniupnya dan orang mukmin senantiasa menerima cobaan. Sedangkan 
perumpamaan orang Munafik adalah seperti pohon yang kuat, tetapi tidak 
pernah digoyang oleh angina sampai ia ditebang.
“Allah sekali-kali tidak akan membiarkan orang-orang yang
 beriman dalam keadaan kamu sekarang ini, sehingga Dia menyisihkan yang 
buruk (Munafik) dari yang baik (Mukmin)…” (Q.S. al-Baqoroh [2]: 179).
Dan jangan sampai dilupakan, musibah atau kesusahan yang menimpa 
orang Mukmin akan menyebabkan terhapusnya dosa-dosa kecilnya. Dasarnya 
antara lain hadits dari Aisyah ra memberitakan, bahwa Rasulullah SAW 
bersabda:
“Musibah berupa apa saja yang menimpa orang Muslim akan 
menyebabkan Alah menghapuskan dosanya, walaupun (musibah itu) hanya 
berupa duri yang menusuknya.” (Shahih al-Bukhari).
Apapun bentuk ujian iamn, terutama kesusahan, tidak ada sikap lain 
kecuali sabar. Terhadap orang-orang yang sedang ditimpa musibah atau 
kesusahan, Allah SWT bersepan:
“…Dan berikanlah berita genbira kepada orang-orang yang 
sabar. (Yaitu) orang-orang yang apabila ditimpa musibah, mereka berkata:
 “Sesungguhnya kami milik Allah dan sesungguhnya kami akan kembali 
kepada-Nya…” (Q.S. al-Baqoroh [2]: 155-156).
Memang sabar ketika menerima musibah bukan mudah. Namun itulah bukti 
dan manifestasi iman, yang berarti harus diterapkan. Dan biasanya tidak 
ringan dan tentu tidak enak. Sebab kalau rinagn, bukan ujian iman 
namanya.
Di dalam Musnad Ahamd dikatakan: “Ketahuilah!, dalam 
sikap sabar terhadap apa yang tak disukai (seperti penyakit), terhadap 
hikmah yang besar. Dan sesungguhnya pertolongan (dari Allah) bersama 
kesabaran, sedang kelapangan bersama kesukaran, dan kesulitan bersama 
kemudahan.” (Musnad Ahmad : 2666)
Mudah-mudahan Allah memberi kita kekuatan dan ketabahan ketika Allah 
menguji iman kita, baik baik berupa kesusahan maupun kesenangan. Semoga 
kesabaran kita membuahkan hasil, berupa rahmat dari Allah, baik di dunia
 maupun di akhirat kelak. Amin